Menuju usia dua puluh lima, aku mulai paham bahwa hidup nggak selalu berjalan sesuai ekspektasi. Dulu, kupikir di umur segini aku sudah punya segalanya—rumah sendiri, mobil impian, tabungan yang cukup, atau mungkin seseorang yang bisa diajak berbagi cerita setiap malam. Tapi kenyataannya? Aku masih melangkah pelan, baru mulai belajar menabung, baru berani mencoba hal-hal baru, masih mencari tahu sebenarnya aku mau ke mana. Kadang aku bertanya-tanya, “Apa aku terlalu tertinggal?”
Tapi semakin kupikirkan, semakin aku sadar… nggak apa-apa. Nggak apa-apa kalau sekarang belum sampai di titik yang aku harapkan. Nggak apa-apa kalau jalanku lebih lambat dibanding orang lain. Hidup ini bukan lomba lari, kan? Nggak ada garis finish yang harus segera kucapai. Setiap orang punya waktunya sendiri, punya jalannya sendiri. Ada yang berlari cepat dan sampai lebih dulu, ada yang harus berhenti sebentar untuk mengatur napas, ada juga yang mungkin tersesat di tengah jalan tapi akhirnya menemukan arah yang lebih baik.
Kadang, aku merasa lelah. Rasanya ingin menyerah saja, berhenti mencoba, pasrah pada keadaan. Tapi lalu aku ingat—nggak ada usaha yang pasti berhasil. Tapi kalau aku nggak mencoba sama sekali? Ya, sudah pasti gagal. Jadi, meskipun jalannya panjang dan aku belum tahu pasti akan sampai di mana, aku memilih untuk tetap berjalan. Sedikit demi sedikit, langkah kecil yang mungkin nggak terasa sekarang, tapi suatu hari nanti akan membawaku ke tempat yang lebih baik.
Karena hidup, pada akhirnya, bukan tentang siapa yang lebih dulu sampai. Tapi tentang bagaimana aku menikmati perjalanan ini, satu langkah demi satu langkah, tanpa terburu-buru, tanpa terus-terusan merasa tertinggal. Aku percaya, selama aku terus bergerak, pada waktunya, aku akan sampai di tempat yang memang seharusnya aku tuju. ✨
# Quarter Life Crisis
# Life Crisis at 25