Bulan ketiga telah menyapa. Maret kelabu, bulan kepulanganmu. Ada saat di mana saya bahagia tentang kepulanganmu, namun ada juga saat di mana saya lara tentang hal itu.
Entah apa maksud dunia tentang ujung cerita; kita
tak bersama.
Ya, kenyataan bahwa kita
tak bersama lagi membuat saya lara. Sejak dua tahun lalu, saya selalu bertanya;
mengapa seperti ini ujung cerita kita? Sampai detik ini, saya tidak dapat
menemukan jawabannya.
Semoga rindu ini menghilang. Konon katanya waktu
sembuhkan.
Saya rasa, rindu ini
tak 'kan hilang begitu saja. Dua tahun terakhir yang saya lakukan adalah
merindukanmu setiap waktu. Rindu ini memang tak 'kan pernah hilang, tapi tetap
kusemogakan waktu 'kan menyembuhkan.
Akan adakah lagi yang sepertimu?
Di sela rindu, ada
pertanyaan lain yang mengganggu. Untuk hal itu, saya sudah menemukan
jawabannya; tidak, tidak akan ada. Kau hanya satu-satunya di dunia.
Kukira kita akan bersama. Begitu banyak yang sama;
latarmu dan latarku.
Pada awalnya, kita
berjalan bersama. Saling berpegangan tangan, menggantungkan harapan, dan
mengejar impian. Kita memiliki tujuan yang sama, di bawah angan yang sama, dan
dengan arah yang sama.
Kukira takkan ada kendala. Kukira ini kan mudah, kau
aku jadi kita.
Rupanya, kesamaan tak
menghantarkan kemudahan. Tak ada lagi kata 'kita' di sini, yang ada hanya; kamu
pergi dan saya tetap di sini.
Kau melanjutkan perjalananmu, ku melanjutkan
perjalananku.
Pada akhirnya, kita
melanjutkan perjalanan dengan arah yang berbeda. Saya berjalan dengan bayang
masa lalumu; empat bintang yang masih tetap bersinar tanpamu. Sedangkan kamu
berjalan menuju bumantara baru, yang akan mengantarkanmu menjadi bintang paling
terang di muka bumi. Meskipun sudah berbeda jalan, tujuan kita masih tetap
sama; kebahagiaan.
Hati-hati di jalan.
Kemanapun kamu pergi,
rasaku selalu. menyertai. Melangkahlah, berjalanlah pelan-pelan. Semoga selamat
sampai tujuan tanpa lagi ada hambatan. Hati-hati di jalan.
Dari Hati-hati di jalan oleh Tulus.