Mata Rantai Kota: Dalam Bayang-bayang Dekat yang Tak Terlihat

dhnherlangga
1 minute read
0

 


Di antara kerumunan kota yang sibuk, aku merayap di tengah-tengah langit-langit beton yang tinggi. Bangunan-bangunan menjulang di sekitarku, menciptakan rintangan tak terlihat yang memisahkan kita. Tapi dalam keheningan hati, satu kalimat terus menerpa pikiranku: "Sejauh-jauhnya kita adalah, dekatku yang tak pernah kau lihat."

Aku, seorang laki-laki yang berjalan di bawah langit-langit penuh lampu neon, menyadari bahwa meskipun kita mungkin berada dalam satu kota yang sama, kita adalah dua mata rantai yang terpisah. Jalanan yang sibuk dan gemuruh kota hanya menambahkan kedalaman pada makna kalimat itu. Kita mungkin berdekatan secara geografis, tetapi keberadaanku tak pernah terlihat oleh matamu.

Seringkali, aku memandang sekitar dengan harapan menemukan jejak langkahmu di antara orang-orang yang lewat. Aku mencoba mencari bayangan wajahmu di wajah-wajah asing yang melintas di sepanjang trotoar. Namun, setiap kali, pandanganku hanya bertemu dengan kekosongan dan rasa sepi yang tak terucap.

Pesan-pesan singkat dan panggilan telepon adalah jembatan yang menghubungkan dunia kita, tetapi keheningan dunia nyata tetap menjadi teman setia. Aku bertanya-tanya apakah kau pernah menyadari bahwa kita saling berbagi kota yang sama, meskipun kita seperti dua arus sungai yang tak pernah bersentuhan.

Aku melangkah di bawah cahaya kota yang gemerlap, mencoba menciptakan jejak langkah yang bisa kau ikuti. Namun, takdir sepertinya menempatkan kita dalam dimensi yang terpisah, di mana sejauh apapun kita merentang, kau tetap tak melihat dekatnya keberadaanku.

Dalam kesendirian malam, aku terus bertanya-tanya apakah ada cara untuk memecahkan batas-batas yang memisahkan kita. Apakah ada cara untuk membuatmu melihat bahwa, meski sejauh apapun kita terpisah, aku tetap berdiri di sini, menanti hari di mana pandanganmu akan menemui diriku yang tak pernah kau lihat.


Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)