Cara Lari Setiap Orang Berbeda

dhnherlangga
2 minute read
0

Kadang kita lupa satu hal penting: kalau titik awal setiap orang itu berbeda, maka wajar banget kalau garis akhirnya pun nggak sama. Belum lagi cara kita "berlari" dalam hidup ini juga berbeda. Ada yang bisa sprint dari awal, ada juga yang harus belajar jalan dulu, bahkan sambil jatuh bangun.

Ada satu kalimat yang sering jadi pelipur lara tiap kali mulai merasa insecure—entah soal karier, pertumbuhan diri, atau hal-hal lainnya yang bikin kita ngerasa ketinggalan dari orang lain:
"Jangan bandingin dirimu sama orang lain. Bandingin kamu hari ini dengan versi kamu yang kemarin."

Dan itu benar. Tapi jujur, kadang kalimat itu nggak selalu bikin puas.
Kenapa? Karena kita masih belum ngerti alasan mendasarnya.
Karena kita masih menolak kenyataan bahwa kompetisi itu memang nyata dan manusiawi.
Bukan buat ditakuti, tapi untuk dipahami.

Coba bayangkan hidup ini seperti menaiki anak tangga.

Ada orang yang lahir dengan banyak keistimewaan—privilege, namanya. Mereka bisa langsung mulai dari tangga ke-8, atau bahkan ke-10.
Sementara kita? Kita mulai dari tangga pertama, bahkan mungkin dari tanah.
Dan itu bukan salah siapa-siapa.

Nggak cuma soal titik awal, jumlah langkah yang bisa diambil juga beda.
Ada yang bisa naik 5-10 tangga sekali lompatan, karena bekalnya cukup—dari akses, dukungan, sampai kesempatan.
Sedangkan kita? Satu per satu. Pelan-pelan. Tapi terus naik.

Sampai di sini, kita pasti bisa lihat, kan?
Titik mulainya beda, cara jalannya beda, ya wajar kalau finish-nya juga beda.
Bisa jadi, buat mereka, sukses itu harus sampai anak tangga ke-100.
Tapi buat kita, bisa sampai di tangga ke-50 pun sudah perjuangan yang luar biasa.
Dan itu valid. Itu tetap sukses.

Intinya... mereka ya mereka, kita ya kita.

Fokus aja sama proses naik tangga kita sendiri. Rasakan tiap pijakan. Nikmati tiap langkah.
Kalau pun mau ikut kompetisi, pastikan kita sadar akan batas dan kemampuan diri sendiri.
Jadikan perbedaan kita dengan mereka bukan sebagai alasan untuk menyerah, tapi sebagai “bensin” untuk terus maju. Untuk tetap “berlari,” dengan cara dan waktu kita sendiri.

Karena yang paling penting bukan siapa yang sampai duluan,
tapi siapa yang bisa tetap bertahan sampai akhir.

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)